Jual Lintah Jakarta Utara

Selasa, 10 April 2012

Budidaya Lintah, Jual Lintah, Jakarta



Budidaya LintahSi penyedot darah yang laku keras.
Oleh Rivi Yulianti – Senin, 23 Agustus 2010 | 10:09 WIB.
Permintaan lintah untuk kepentingan pengobatan alternatif dan bahan baku kosmetik kian deras. Sayang, tak banyak orang yang serius membudidayakan lintah. Alhasil, kini, permintaan beberapa negara terpaksa ditolak karena kurang pasokan.

Dulu dihindari karena dianggap menjijikkan dan berbahaya, kini malah dicari. Nasib lintah atau pacet (hirudo Manilensis) memang mulai berubah. Sekarang, banyak orang mencari pacet untuk keperluan terapi pengobatan alternatif, khususnya penderita jantung dan diabetes. Budidaya lintah pun marak.
Sejatinya, pola pengobatan ini tidak benar-benar baru. Metode ini telah dipraktekkan oleh bangsa Mesir Kuno. Khasiat lintah ada di zat hirudin yang bermanfaat melancarkan peredaran darah dan mengobati berbagai penyakit akibat penyumbatan darah.
Saat ini, banyak orang membudidayakan lintah, baik untuk memasok praktek pengobatan alternatif ini maupun untuk bahan baku perusahaan kosmetik. Apalagi, budidaya keluarga hewan misterius ini tidak membutuhkan lahan luas.
Gunarto, misalnya, memiliki empat bak penampungan. Tapi, ada pula pebudidaya besar seperti Midin Muhidin, pemilik dan pengelola Enha Farm, yang membudidayakan binatang ini di tiga lahan terpisah dengan ukuran total 200 meter persegi di Limo, Depok. Total jenderal, Midin memiliki delapan kolam ukuran 2 X 1,5 meter dan 10 kolam ukuran 1 X 1 meter.
Lantaran terbilang budidaya besar-besaran, modal awal Midin bisa mencapai Rp 10 juta. Untuk lahan yang lebih kecil tapi dikelola dengan serius seperti yang dilakukan Salim, pemilik dan pengelola CV Karunia Industri, modal yang dibutuhkan sekitar Rp 5 juta.
Proses budidaya lintah relatif mudah, hanya membutuhkan kolam polytank atau kolam semen yang dikondisikan seperti habitat asli lintah. Kolam itu diisi air tawar dan diberi lumpur, respiratory pump, PH meter, dan eceng gondok yang khusus untuk anakan lintah.
Makanan lintah juga tidak ribet. “Anakan lintah butuh zooplankton. Tapi, lintah dewasa sebaiknya diberi makan belut atau lele untuk dihisap darahnya setiap dua minggu sekali,” tutur Midin. Salim lebih memilih memberi makan lintahnya cairan nutrisi/sari ikan hias. Baru dua minggu sekali, ia memberi belut.
Olahan lintah juga laku
Biaya operasional budidaya lintah cukup murah. Midin, misalnya, mengeluarkan sekitar Rp 6 juta untuk operasional bulanan. Perinciannya, pakan senilai |Rp 250.000, gaji empat pegawai masing-masing Rp 1 juta – Rp 1,5 juta, listrik sekitar
Rp 200.000. “Yang terpenting, lintah jangan sampai terkena polusi dan PH air harus stabil (normal 5-7),” lanjutnya.
Jika sudah dewasa lintah hidup dijual ke terapis pengobatan alternatif dengan harga cukup variatif. Enha Farm, misalnya, menjual per ekor Rp 3.000. Salim menjual dengan harga Rp 3.000 sampai Rp 5.000. Khusus indukan, harganya Rp 10.000. Gunarto mematok harga Rp 2.500 per ekor.
Industri rumahan produk turunan lintah pun turut memburunya. Sekadar informasi, lintah bisa diolah menjadi minyak yang biasa dipakai sebagai minyak oles untuk keperkasaan. Midin, misalnya, menjual minyak jenis ini Rp 60.000 per 2 cc. Salim menjual minyak lintah seharga Rp 100.000 – Rp 200.000 sebotol, tergantung tingkat kemurniannya. Selain berupa minyak, ada juga orang yang memproduksi krim lintah untuk kecantikan dan membesarkan payudara.
Bisnis budidaya dan pengolahan lintah hasilnya cukup menggiurkan. Midin, misalnya, bisa meraup omzet sebesar
Rp 30 juta per bulan. Dalam sebulan, ia mampu menjual sekitar 10.000 ekor lintah. “Pendapatan saya naik 200% dibanding tahun lalu,” ujar dia. Salim baru bisa menjual sekitar 5.000 ekor lintah per bulan. Guharto mampu menjual 1.000 – 2.000 ekor per minggu.
Permintaan tak cuma datang dari dalam negeri. Enha Farm, misalnya, pernah mendapat permintaan dari Kairo, Mesir sebanyak 1.000 lintah. Ia juga pernah mengirim 6 ton (1,8 juta ekor lintah) ke China dengan rencana kontrak selama dua tahun. “China sedang gila-gilaan menciptakan aneka produk kosmetik tradisional berbahan dasar lintah,” tutur Midin.
Permintaan serupa juga datang dari Malaysia dan India. Namun, baik Midin maupun Salim terpaksa menolak pesanan itu lantaran tidak sanggup memenuhinya, Pasokan lintah masih terbatas. Anda berminat memenuhinya?
Sumber: http://peluangusaha.kontan.co.id/news/si-penyedot-darah-yang-laku-keras-1/2010/08/23

Tidak ada komentar:

Posting Komentar