Hari ini paling tidak saya menerima dua email yang berisi cerita tentang seorang anak di Singapura atau Malaysia yang meninggal gara-gara di dalam perutnya hidup lintah yang berasal dari kangkung yang dimakannya.
Terus terang saya senyam-senyum saja membaca email ini. Ini pasti hoax, email boongan itu. Mengapa saya mengatakan ini kabar bohong?
- Sejak berabad-abad lalu kangkung sudah dimasak seperti sekarang. Belum ada satu kasus pun yang mengatakan bahwa lintah masih tetap hidup di dalam perut terbawa kangkung yang kita makan.
- Jika memang ini berita benar, mengapa tidak ada liputannya di media koran, majalah, televisi atau juga web.
- Cerita dalam email ini tidak secara spesifik menunjukkan waktu dan tempat perisitiwa ini terjadi. Sang penulis hanya mengatakan bahwa tempatnya di Malaysia atau di Singapura. Wah…
- Cerita dalam email ini juga tidak secara spesifik menunjuk nama orang, nama dokter, nama rumah sakit yang bisa dijadikan rujukan. Hanya disebutkan anak yang keren, dokter yang kebingungan, dan seterusnya.
Kesimpulannya:
- Cerita di bawah ini hanya omong kosong saja
- Tidak perlu memforwad email ini ke orang lain lagi. Stop sampai di sini saja.
- Lain kali, kalau forward email, dibaca-baca dulu dong.. Jangan main “tendang”.
- Hihihihi… ayo makan kangkung lagi saja…
Ini dia email hoax itu:
Jika Anda penggemar kangkung, baik itu ca kangkung, petis kangkung, kangkung cos, dll yang berkaitan dengan kangkung, mungkin cerita ini dapat menjadi pertimbangan bagi Anda pada saat akan mengkonsumsi kangkung.
Saya mendapat cerita ini dari seorang teman, tapi Saya lupa tempat persisnya di negara mana, yang jelas antara Singapura / Malaysia .
Pada suatu hari di rumah sakit terkenal, semua dokter kebingungan hanya karena ada seorang anak kecil yang tampan menderita sakit perut. Anak itu dibawa ke rumah sakit oleh orang tuanya setelah 2 hari menderita diare. Sudah bermacam obat sakit perut yang diberikan kepada anak itu, namun diarenya tidak kunjung sembuh.
Di rumah sakit orang tua anak tersebut ditanya oleh dokter, makanan apa saja yang sudah dimakan oleh anak tersebut selama 2 hari ini. Orang tua anak itu kebingungan, karena sejak anaknya diare otomatis anak tersebut tidak mau makan, dia hanya minum susu, itu pun langsung dikeluarkan lagi. Setelah usut punya usut, ternyata sebelum menderita diare, malamnya anak tersebut baru saja diajak makan kangkung cos di restoran oleh orang tuanya.
Dokter segera melakukan rontgen, ternyata di usus anak tersebut telah berkembang biak lintah dengan anaknya yang kecil-kecil. Dokter angkat tangan dan menyatakan tidak sanggup mengambil tindakan medis apapun. Akhirnya anak kecil tampan yang malang itupun meninggal dunia.
Usut punya usut, ternyata lintah itu sebelumnya bersemayam di dalam batang kangkung yang besar. Memang, untuk penggemar kangkung cos yang paling enak adalah batangnya, apa lagi jika dimasak oleh seorang ahli, maka kangkung cos rasanya akan menjadi renyah. Lintah yang berada di dalam batang kangkung itu tidak akan mati walau dimasak selama apapun, apa lagi untuk kangkung cos proses memasak tidak terlalu lama untuk menghasilkan rasa kangkung yang enak. Lintah hanya akan mati jika dibakar.
Di dalam usus anak tadi, lintah yang tadinya hanya 1 dalam 2 hari berkembang biak dengan cepatnya karena terus menerus menghisap darah yang ada, otomatis dokter juga kebingungan, bagaimana mematikan/membersihkan lintah yang telah sangat banyak tersebut dari dalam usus anak malang itu.
Jujur, sejak mendengar cerita itu, kesukaan saya akan kangkung menjadi berkurang, boleh dibilang sudah 1 bulan ini saya sama sekali tidak mengkonsumsi kangkung dalam bentuk apa pun, bukan karena menjadi paranoid, tapi bagi saya lebih banik menjaga segala kemungkinan yang ada, toh tidak hanya kangkung yang dapat kita konsumsi, masih banyak sayur lain yang dapat kita makan dengan meminimalisir segala kemungkinan “lintah” yang terselip di dalamnya.
Semoga cerita ini dapat menjadi pertimbangan untuk kita semua pada saat ingin mengkonsumsi kangkung.
Sumber: http://jalansutera.com/2007/03/28/hoax-kangkung-itu/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar